Tiga
kata itu mengukir prasasti janji di setiap butir gerimis,
“Aku sayang
kamu!”
Menimbang
dan seterusnya. Memperhatikan dan seterusnya. Mencintai dan kaulah pasalnya.
Dan,
Sellau
ada rindu yang mengemuka setiap kai kutulis kata
“tanpamu”.
Dan,
Karena
cinta itu kata kerja, maka jatuh cinta adalah belajar mencintai.
“Tanpamu”
itu semakin menjepit ruang mimpi dan kenyataan ketika aku ditelan kesendirian.
Serahkan
saja pada malam, dan biarkan mimpi memulai kisahnya.
Dan,
Ketukan
palu itu jatuh padaku. Sebagai terdaka yang mencintaimu.
Dan,
Berangkat
dari titik nol, mengejar satu mimpi.
Bersamamu,
ini lebih bearti.
Dan,
Dari
mataku, bahagia pun memendar tersipu tiap kali kutulis kata “denganmu”
Dan,
Bahkan
tanpa kata “dengan” pun, aku mampu membawa pulang bahagia itu. Asal ada “mu”
diawal dan diakhir “ku”.
Dan,
Lebih
dari pantas aku mencintaimu ketika air matamu menderas karena bahagia itu
sendiri.